Mengais Asa Di Batas Cakrawala





Hari telah berganti hari bahkan tahun pun kian terlewati, namun tak pernah ada kata yang bisa memperjelas hubungan ini. Di setiap tanya yang ku layangkan pasti berakhir dengan kekecewaan. Bahkan masih terlintas jelas di benakku saat terakhir kamu marah atas pertanyaan yang ku layangkan. Aku bingung...!! kemana sebenarnya arah cintamu. Resah ini, rindu ini tak pernah kau hiraukan. Mungkin ada baiknya ku menjauh atau mungkin lebih baiknya kita cari jalan masing-masing. Tapi... ketika rasa egoisku memuncak, rasa itu kembali tenangkan pikiranku. Seakan ku tak ingin beranjak walau sejengkal dari sisimu. Tolong aku... jangan biarkan aku terombang-ambing di tengah samudera cintamu. Bantu aku... jangan lelah biarkanku terpuruk dalam rasa yang tak mampu ku maknai arah tujuannya.
Di tengah sepinya malam, ku tatap langit penuh bintang. Di sana ku temukan kedamaian dan kurasakan peluk hangat sang rembulan. Senandung pujangga malam semakin riang mengusik suasana, sesaat sang bayu berhembus menyapa tubuhku yang seakan layu. Aku semakin terpuruk ketika sesaat ku dengar kabar tentangmu. Aku lama termenung. Tak terasa telaga bening perlahan mulai membasahi pelupuk mataku. yah !! tiba-tiba sebait pesan permohonan maaf darimu ku terima. Dan sebagian lagi menjelaskan tentang dirimu yang akan di tunangkan. 
Sembari ku coba berdiri tegak tapi aku kembali terjatuh. Aku bagai layang-layang yang putus tali, melayang tak tentu arah di angkasa. Tubuhku lelah lunglai serasa lemas tak berdaya. 
Sembari ku coba berdiri tegak, aku kuatkan diri. Ku lalui hari demi hari tanpa kau disisiku lagi. Kenangan-kenangan yang mengusik di setiap mimpi indahku, kini tak ingin ku mengingatnya lagi. Aku kini tanpamu mencoba mengais asa di batas cakrawala. Ku ingin temukan kembali bahagia yang sempat hinggapi hidupku, walau aku tahu itu hanya fatamorgana yang membawaku terbang tinggi ke angkasa lalu menghujamku ke bumi. 
Sakit tak terperih ketika ku terima sepucuk surat undangan darimu. Kembali rasa itu menghampiriku saat ku telah kuatkan hati tuk melawannya.Ku biarkan asa ku melayang, menerawang jauh walau tanpa arah. Ku jejaki serpihan demi serpihan hatiku yang kini tinggal puing-puing belaka.
1 januari 2012... tepat di malam tahun baru di bilangan jakarta selatan, ku jumpa seorang gadis berdarah bugis. Perkenalan yang cukup singkat lewat tatapan yang penuh arti. 15 hari berlalu setelah perkenalan itu tiba-tiba dia mengajakku jalan. Di sebuah department store kami berjumpa. Tempat yang sudah kami sepakati bersama. Awal yang begitu bahagia namun berujung dengan duka. Seminggu setelah pertemuan terakhir kami, dia pamit kembali ke kota asalnya Makassar. Selang beberapa hari dia mendapat kecelakaan, sesaat setelah dia menutup telpon dariku. 
Aku berusaha ninggalin kerja walau pun pihak atasan tak memberikanku izin dengan alasan banyak kerjaan yang harus segera diselesaikan. Aku tak peduli, demi dia yang tengah berjuang meregang nyawa. Ku temui dia yang kini terbaring di salah satu Rumah Sakit ternama di Kota Daeng. Aku mengamati keluarganya yang menurutku dari keluarga yang berada. Ayah bundanya pun begitu. 
Ku dekati dia yang terbaring lemah, ku genggam tangannya yang mulai dingin terasa. Ku panggil namanya... "Fatma...Fatma...!!" Dia membuka mata dan menatapku yang sedari tadi terus menerus mengusap-usap telapak tangannya... "hm,,, Kak kamu sudah datang..." Sembari mencoba menawarkan senyum manisnya padaku. 'Iya dek... Gimana keadaannya sekarang dek?"... Dia hanya tersenyum. Setengah jam berlalu tanpa sepatah kata. Kami hanya diam sembari menikmati suasana saling tatap. Ku belai rambutnya yang kini mulai tak terawat. Tiba-tiba dia kembali menatapku dan berkata..."Kak aku mau ngomong sesuatu, tapi kakak jangan sedih ya... janji...!!" Aku mulai panik dan bingung. Perasaan tidak nyaman mulai menghinggapiku. Ku tatap matanya yang begitu sayu sambil mengusap-usap dahi wajah dan tangannya...
Kembali dia bertanya, setelah pertanyaannya yang pertama tak ku iya kan..."Kak... Janji ya sekali ini saja... Setelah saya tak bersama kakak lagi, kakak jangan sedih ya, jangan murung, terus kakak harus rajin kerja gak boleh malas-malas...?" Aku hanya bisa mengangguk. Ku coba mencari lagi keteduhan di mata polos itu, namun harus ku sesali, dia telah berlalu pergi.
Tak kuasa ku tahan tangisku, ku peluk dia dengan erat. "Ya Allah... cobaan apa yang kau berikan padaku hingga tak kuasa aku melaluinya. Adakah di sudut dunia ini bahagia yang kau janjikan padaku...?" Aku menangis dalam diamku, mengusap tubuh yang sudah tak bernyawa ini. Aku memang salah yang tak pernah ingin membiarkanmu pergi, meski ku tahu bahwa sekuat apa pun aku mencintaimu tapi Allah Sang Maha Khalik lebih berkuasa terhadapmu.
Aku kini seperti berjalan di atas kerikil-kerikil tajam. Mencoba menggapai istana cinta nan megah. Di tengah perjalanku ku di bawa terbang oleh sang merpati. Namun di tengah perjalanan itu ku dibuang, di campakkan begitu saja. Ku coba kembali berdiri dan melanjutkan perjalananku, namun di tengah-tengah rapuhnya hidupku, aku tersandung dengan bongkahan batu di tengah jalan. Aku kemudian bertumpu pada sebatang kayu, namun apa jua dayaku kayu itu pun patah...

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Diberdayakan oleh Blogger.

Terima kasih telah berkunjung